Waspada! TBC Bukan Penyakit Turunan dan bukan Penyakitnya Orang Miskin
![](https://static.wixstatic.com/media/6b03b6_7ebf244068b64586999ea46a83c32f98~mv2.png/v1/fill/w_980,h_551,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/6b03b6_7ebf244068b64586999ea46a83c32f98~mv2.png)
Dua orang sahabat yang lagi nongkrong di warkop ngomongin soal TBC.
"Eh, lo tau gak? Katanya TBC itu penyakit turunan."
"Serius? Kok bisa?"
"Iya! Soalnya sering banget ada cerita, bapaknya kena TBC, sembuh, eh anaknya yang kena. Pas anaknya sembuh, gantian adiknya yang kena."
"Wah, kaya genetik gitu gasi?"
"Nah iya bisa jadi! Terus kalau ibu hamil kena TBC, pas lahiran anaknya juga sakit TBC. Jadi bener dong penyakit turunan?"
Sabar dulu, gengs! Belum selesai.
Ada juga yang bilang kalau TBC itu penyakit guna-guna. Katanya pasien TBC itu kena karma atau dosa besar, jadi ada ruh jahat yang masuk ke tubuhnya dan bikin dia sengsara. Apalagi pasien TBC sering kelihatan pucat, batuk gak berhenti, kurus kering, sampai wajahnya kelihatan menderita banget. Ditambah lagi, dokter kadang susah mendiagnosa penyakit ini, jadinya banyak orang malah lari ke “orang pinter” buat nyari solusi.
Terus, ada lagi nih yang percaya kalau TBC itu penyakitnya orang miskin."
Loh, kok gitu?"
"Soalnya yang sakit ini kebanyakan dari kalangan bawah."
"Mungkin karena mereka tinggal di tempat yang padat, jorok, kotor, jadi gampang kena TBC."
Lah, ini makin menarik. Orang kesehatan sendiri sering bilang kalau salah satu kelompok yang berisiko tinggi kena TBC itu masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh-padat dan kumuh-miskin. Jadi, masuk akal dong kalau orang miskin lebih banyak yang kena?
Eits, tapi tunggu dulu! Secara keilmuan, TBC itu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, bukan penyakit turun-temurun kayak diabetes, hipertensi, atau stroke. Bahkan, Prof. Erlina sang ahli TBC bilang kalau TBC bisa kena siapa aja, termasuk orang kaya. Tapi kenapa datanya menunjukkan bahwa mayoritas pasien TBC berasal dari kalangan miskin?
Jadi, gimana nih? Bener gak sih kalau TBC itu penyakit turunan dan penyakitnya orang miskin?
Sebelum kita jawab perkara ini, kenalan dulu yuk sama makhluk halus tak kasat mata bernama: bakteri TBC.
Tuberkulosis (TBC) itu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri kecil bernama Mycobacterium tuberculosis. Si bakteri ini nyelinap masuk ke tubuh lewat udara dari batuk atau bersin orang yang sakit. Begitu masuk, dia bakal berhadapan sama "tentara" tubuh kita alias sistem imun. Kalau sistem imun kuat, dia bakal langsung KO. Tapi kalau lemah? Wah, si bakteri bisa menang, bikin markas di paru-paru, dan mulai ngerampas sumber daya di sana.
Gimana cara dia menang?
Dia berkembang biak, makan nutrisi paru-paru, dan kalau makin ganas, bisa bikin lubang di paru-paru! Akibatnya, tubuh kita mulai kasih sinyal bahaya:
🚨 Batuk berdahak (bahkan berdarah)
🚨 Berat badan turun drastis
🚨 Demam meriang
🚨 Keringetan di malam hari, padahal nggak kepanasan
Dan kalau dia makin kuat, kekuasaannya nggak cuma di paru-paru! Dia bisa naik kapal lewat pembuluh darah dan nyebar ke hati, ginjal, tulang, otak—pokoknya semua organ kecuali rambut sama kuku. Ini yang disebut TBC ekstra paru.
Nah, kalau nggak segera dilawan sama Obat Anti Tuberkulosis (OAT), dia bisa migrasi ke orang lain. Kok bisa?Karena dia punya pesawat pribadi bernama “droplet” alias percikan dahak dari batuk atau bersin. Dia bisa terbang dan bertahan hingga berjam-jam di ruangan yang minim ventilasi dan cahaya. Makin banyak orang di ruangan itu? Wah, makin seneng dia!
"Jadi, Kok Bisa Dikaitin Sama Orang Miskin?"
Mungkin karena orang miskin lebih sering tinggal di lingkungan padat, minim ventilasi, dan kurang cahaya, yang jadi tempat favorit si bakteri buat berkembang biak.
Tapi salah banget kalau bilang TBC = penyakit orang miskin. Kenapa?Karena faktanya, banyak juga orang kaya yang tinggal di rumah besar tapi jendelanya jarang dibuka, bikin udara pengap dan minim cahaya. Bahkan, orang kantoran yang duduk seharian di ruangan ber-AC dengan sirkulasi udara yang buruk juga berisiko tinggi!
Jadi yang bener adalah TBC lebih mudah menular di tempat yang tertutup dan minim sirkulasi udara, bukan semata-mata karena miskin atau kaya.
"Kalau Turun-Temurun Gimana?"
Nah, ini juga mitos! TBC itu bukan penyakit genetik kayak diabetes atau hipertensi. Tapi kenapa sering kejadian dalam satu keluarga?
Gini analoginya:
📌 Bapak kena TBC, terus dia batuk di rumah.
📌 Anaknya di ruangan yang sama, bakteri terbang ke paru-parunya.
📌 Anaknya kena TBC juga.
Jadi bukan karena keturunan apalahi genetik, tapi karena tinggal serumah dan terpapar bakteri yang sama. Makanya, kalau ada satu orang sakit TBC, sekeluarga disarankan buat tes juga. Selain itu penanganan TBC juga harus komprehensif, mulai dari pelacakan, akses layanan, edukasi dan penanggulangan lainnya harus berjalan seiring, apalagi jika diperkuat dengan regulasi yang sangat pro terhadap kesehatan masyarakat, jika kita abai terhadap penanganan TBC, kita diibaratkan “mewariskan” TBC kepada generasi selanjutnya.
"Jadi, Kesimpulannya?"
❌ TBC bukan penyakit turunan
❌ TBC bukan penyakit orang miskin
✅ TBC itu penyakit menular yang bisa kena siapa aja, kapan aja, kalau lingkungannya mendukung penyebaran bakteri!
Jadi, jangan ada lagi yang bilang "TBC itu penyakit turunan dan penyakitnya orang miskin." lalu, penanganan TBC yang kuat dan komprehensif harus dilakukan “karena kita harus mengeliminasi TBC, bukan mewariskan TBC” Stop stigma, stop diskriminasi!
Comments