Stop TB Partnership Indonesia Berharap: Temuan Obat Baru untuk Sembuh Lebih Cepat & Kolaborasi, Menjadi poin Penting dalam eliminasi TBC di Indonesia

Jakarta, 25 Maret 2024 - Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menyelenggarakan press conference dengan yang bertajuk "Menjelang 6 Tahun Target Eliminasi TBC, Indonesia Berkomitmen Perkuat Inovasi & Kemitraan".
dr Nurul Luntungan selaku Ketua Pengurus Yayasan Stop TB Partnership Indonesia, mengatakan “Komitmen global menargetkan ada 45 juta orang dengan TBC yang terobati. Sehingga harapannya di tahun 2028 sudah ada vaksinasi TBC yang lebih efektif terutama bagi orang dewasa agar lebih cepat mencapai eliminasi TBC 2030.”
dr. Nurul juga menyampaikan hal yang perlu diperkuat dalam mencapai eliminasi TBC di Indonesia, diantaranya: Temukan TBC dan diobati sampai sembuh; Diagnosa harus lebih cepat di fasilitas kesehatan primer sebelum sampai di rumah sakit; Pencegahan dengan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), dukungan nutrisi dan vaksinasi.
Selain itu, dr. Tiffany Tiara Pakasi selaku Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI menyampaikan tantangan eliminasi TBC di Indonesia. “Di nasional penemuan kasus TBC sudah mencapai 77%, namun tidak semua mau minum obat TBC. Penyebabnya adalah dari segi akses, tidak ada uang transport untuk ke rumah sakit, ada self stigma, denial, pasien yang bandel karena merasa sudah sangat lama pengobatannya sehingga angka penyembuhan TBC baru mencapai 88% untuk TBC Sensitif Obat (SO) dan 73% untuk TBC RO.” pungkas beliau.
Diskusi tersebut juga menghadiri peneliti TBC, dr. Ahmad Fuady, M.Sc., PhD yang menyampaikan, “TBC selain diobati dengan medis namun harus juga dengan pendekatan sosial. Dapat dilakukan dengan cash transfer, food basket, ada masalah mental health sehingga mereka butuh psychological support, ada perlindungan hak Orang dengan TBC terutama para pekerja. Tentu hal tersebut harus diperkuat dengan kemitraan sehingga tidak bisa jika kemenkes sendiri saja yang bekerja, namun juga kementerian lain termasuk para media.” ujarnya.
Harapannya, STPI akan bisa terus menerus menjadi jembatan untuk memberantas Tuberkulosis di Indonesia agar Indonesia menjadi sehat. Melihat dari sisi Penyintas, Yulinda, menambahkan bahwa “Sudah ada BPaL sebagai pengobatan terbaru TBC RO yang hanya 6 bulan saja, namun ketersediaannya masih terbatas. Sehingga harapan kedepannya pengobatan BPaL bisa lebih meluas”, Ujar Yulinda.
Hari Tuberkulosis Sedunia kali ini terasa sedikit berbeda, karena menjelang 6 tahun menuju target eliminasi TBC 2030 nanti, dimana Indonesia baru saja menyelesaikan pesta pemilu, yang berarti pemimpin terpilih pasca pemilu memiliki tanggung jawab yang besar karena akan memimpin di tahun paling menentukan dalam eliminasi TBC di Indonesia, menanggapi hal ini dr Nurul menyatakan “komitmen politik itu penting, dan komitmen itu harus berbentuk, kebijakan, pengalokasian anggaran yang efisien, layanan kesehatan publik yang baik, sehingga hal itu menjadi kunci apakah kita bisa atau tidak mencapai target eliminasi TBC di tahun 2030 nantinya” tutup Nurul.
Stop TB Partnership Indonesia (STPI) adalah sebuah organisasi yang berkomitmen dalam upaya penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Indonesia, memperkuat dukungan terhadap inisiatif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sejalan dengan peran aktifnya dalam memerangi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak, termasuk TBC yang tetap menjadi masalah utama di Indonesia. Dengan lebih dari 1.060.000 kasus TBC pada tahun 2023, termasuk 31.000 kasus TBC Resisten Obat (TRO) pada tahun 2022, tantangan pengobatan TBC semakin kompleks, terutama bagi Orang terdampak TBC Resisten Obat (ODTBC-RO) yang menghadapi durasi pengobatan yang panjang dan risiko efek samping obat yang merugikan.
STPI mengakui pentingnya kemitraan dan inovasi dalam penanggulangan TBC. Dalam hal ini, STPI berperan dalam memperkuat dukungan dan keterlibatan berbagai pihak dan organisasi kesehatan di Indonesia, termasuk lembaga pemerintah, swadaya masyarakat, organisasi profesi, mitra internasional, BUMN, layanan kesehatan, hingga organisasi mahasiswa. Selain itu, STPI juga turut berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang TBC dan memobilisasi partisipasi aktif dalam upaya penanggulangan penyakit ini.
Comments