top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Penanggulangan TBC di Tengah Pandemi COVID-19, Perlu Strategi Inovatif

Saksikan relainya disini!



JAKARTA – Satu tahun setelah kehadiran pandemi COVID-19 di Indonesia telah memberikan tantangan-tantangan baru dalam penanggulangan TBC. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat notifikasi kasus TBC hingga 42%, jauh dari angka yang ditargetkan pada 2020 yaitu 80%. Maka dari itu, pada Kamis (8/4), Stop TB Partnership Indonesia (STPI) mengadakangelar wicara secara daring bertajuk “Penanggulangan TBC Pasca Satu Tahun Pandemi COVID-19” guna menggagas strategi pemulihan TBC di masa pandemi.


Dalam pembukaannya, Ibu Diah Satyani Saminarsih, MSc. selaku Dewan Pengurus STPI menekankan bahwa permasalahan TBC harus diselesaikan sejalan dengan penanganan COVID-19 dan melibatkan multi sektor, “Mengingat karakteristik serupa antara COVID-19 dengan TBC, kami berpandangan bahwa upaya intervensi TBC dan COVID-19 dapat efektif bila dipusatkan pada layanan kesehatan primer. Tentunya, dengan dukungan bukan hanya tenaga kesehatan di Puskesmas namun juga relawan serta kader kesehatan berbasis masyarakat.”


Begitupun dr. Lucica Ditiu sebagai Direktur Eksekutif Stop TB Partnership (Global) yang menyampaikan bahwa, “COVID-19 memberikan dampak besar pada penyakit tuberkulosis secara global, sedangkan TBC sendiri dapat terjadi pada siapa saja. Kita harus mengambil langkah untuk menangani TBC dan COVID-19 juga stigma yang menyertai kedua penyakit tersebut dan Indonesia telah menjadi contoh baik yang mengajak multi sektor untuk berkolaborasi mengakhiri kedua penyakit mematikan ini (TBC dan COVID-19).”


Sebagai keynote speaker, Bapak Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi G. Sadikin menegaskan bahwa kita harus mewaspadai penyakit TBC selain COVID-19. Menteri Kesehatan mengingatkan agar upaya pencegahan dan pengendalian TBC harus terus menerus dilakukan sebagai sebuah gerakan. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, aktif memeriksakan diri dan keluarga ke layanan kesehatan harus dilakukan secara disiplin.




Selama pandemi COVID-19 di tahun 2020, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam penanggulangan TBC, diantaranya kesulitan akses ke layanan kesehatan, pengalihan 296 RS PMDT untuk pasien TBC resistan obat menjadi layanan COVID-19, pasien enggan ke layanan kesehatan karena takut tertular COVID-19, penemuan kasus terhambat, sulit melakukan pendampingan pasien secara jarak jauh, dan masalah sistematik lainnya. Situasi TBC di masa pandemi ini disampaikan oleh dr. Reisa Broto Asmoro sebagai pengantar dan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh moderator Adhitya Ramadhan.


Sesi diskusi dengan panelis ini dapat diambil kesimpulan bahwa perlunya penyusunan strategi pemulihan penanggulangan TBC yang inovatif dan komitmen yang tinggi untuk implementasi strategi tersebut tanpa harus menunggu hingga vaksinasi COVID-19 selesai. Beberapa poin yang menjadi gagasan oleh para panelis antara lain:

  1. Penemuan kasus dan layanan TBC yang inovatif dan terintegrasi dengan respon COVID-19 (adanya pedoman teknis, skrining gejala aktif TBC di kegiatan COVID-19)

  2. Penguatan Puskesmas untuk optimalisasi pelacakan dan pendampingan pengobatan TBC dengan pendekatan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

  3. Upaya dan kebijakan TBC yang berbasis data yang transparan, real-time, terintegrasi dengan semua layanan dan mudah diakses oleh berbagai pihak (pemangku kebijakan, media akademisi, dan masyarakat);

  4. Mobilisasi sumber daya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas riset serta inovasi teknologi untuk mengakhiri TBC;

  5. Peningkatan pelibatan berbagai sektor secara aktif dan bermakna dalam upaya eliminasi TBC, termasuk Pemerintah, masyarakat sipil, media, akademisi, dan sektor swasta; dan

  6. Perlu mengesahkan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan TBC untuk meningkatkan kinerja Kementerian/Lembaga lintas sektor dan Pemerintah Daerah dalam mengatasi TBC di masa pandemi COVID-19.


Gelar wicara ini dipandu oleh Fristian Griec dan turut dihadiri oleh para panelis antara lain, dr. Siti Nadia Tarmizi (Direktur Jenderal P2PML Kemenkes RI), Pungkas Bahjuri Ali (Direktur KGM Kementerian PPN Bappenas), Prof. Rovina Ruslami (Ketua Jejaring Riset Tuberkulosis), dan Paran Sarimita Winarni (Pendamping Pasien TBC RO - PETA).


Simak notulensinya dengan klik file di bawah ini


261 tampilan0 komentar

Comments


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

bottom of page