Konsorsium STPI-Penabulu Terima Program Tuberkulosis Secara Simbolis, Transisi Program Dimulai
JAKARTA – Pada Rabu, 2 Desember 2020 Sub Recipient Khusus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (SR Khusus LKNU) melaksanakan pertemuan Koordinasi Akhir Program yang dihadiri oleh stakeholder dan CSO TB lainnya di Hotel Santika Premiere Kota Harapan Indah, Bekasi. Seiring dengan telah berakhirnya periode program “TBC Community Engagement LKNU”, maka dimulai proses transisi program kepada PR Komunitas baru yaitu Konsorsium STPI dan Penabulu untuk menjalankan program TBC di Indonesia pada periode 2021-2023.
Seperti kita ketahui, hingga saat ini tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyakit menular pembunuh paling mematikan di dunia. Pada tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa masih terdapat 10 juta orang jatuh sakit karena TBC dan 1.2 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Ditambah lagi dengan 251.000 orang meninggal dunia karena TBC dan HIV positif. Di Indonesia sendiri, diperkirakan masih terdapat 845.000 orang jatuh sakit karena TBC dan 96.000 orang meninggal dunia karena penyakit ini termasuk 4.700 kematian karena TBC-HIV (WHO Global TB Report, 2020). Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus TBC di seluruh dunia dengan posisi kedua dunia setelah India. Mengingat tingginya kasus dan beban kematian akibat TBC, dunia telah berkomitmen untuk mencapai bebas TBC pada tahun 2050.
Selama periode 2018-2020, LKNU telah berperan mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai target eliminasi TBC sebagai Sub-Recipient (SR) khusus Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program-program yang telah dilakukan oleh LKNU untuk mendukung penanggulangan TBC di Indonesia antara lain dengan penemuan kasus TBC melalui kegiatan investigasi kontak, pendampingan pasien TBC, serta advokasi penyiapan dukungan untuk program TBC. Keberhasilan program selama ini tentunya tidak terlepas dari kerjasama dan kolaborasi dari tim LKNU mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota, serta kontribusi kader, Patient Supporter (PS), Manajer Kasus (MK), dan juga segenap CSO yang terlibat sebagai mitra aktif penggiat TBC.
Dalam pertemuan koordinasi akhir program ini, beberapa sekolah tinggi dan Yayasan seperti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Universitas NU Indonesia, Yarsi TB Care, Yayasan Lentera Kesehatan Indonesia memberikan pemaparan hasil penelitian masing-masing terkait TBC dilanjutkan dengan evaluasi dan pembelajaran program selama 3 tahun dari LKNU. Kemudian, jejaring LKNU dan beberapa pihak yang selama ini terlibat memberikan testimoni dari kegiatan program. Terakhir, serah terima program secara simbolis dari SR Khusus LKNU kepada Konsorsium STPI-Penabulu dilakukan sebagai penutup kegiatan.
Diharapkan dengan terpilihnya PR Komunitas yang baru dapat menjalankan tanggungjawab program selanjutnya pada periode 2021-2023 dengan sebaik mungkin sehingga target yang telah disepakati bisa tercapai. Perlu juga untuk memperkuat kolaborasi dan kerjasama seluruh lintas sektor. Tidak hanya dari sektor pemerintah namun juga termasuk dari sisi Organisasi Masyarakat, Perwakilan Komunitas, kelompok peduli dan pegiat TBC, tokoh masyarakat, dan seluruh masyarakat Indonesia sebagai garda terdepan pencegahan penyakit.
Sumber:
Rilis Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020. Pertemuan Koordinasi Akhir Program SR Khusus LKNU bersama Stakeholder dan CSO TB. Akses di: https://tbindonesia.or.id/berita/pertemuan-koordinasi-akhir-program-sr-khusus-lknu-bersama-stakeholder-dan-cso-tb/
Comments