Kenali Inovasi Modern dalam Penanganan TBC: PCR, USG, dan Vaksin Baru
Indonesia sebagai negara peringkat ke-2 di dunia soal kasus TBC, sangat perlu untuk terus mencari terobosan dalam penanggulangan epidemi ini, pasalnya di tahun 2024 estimasi kasus TBC sebesar 1.090.000, dan yang baru terlaporkan hanya 76,1% (target 98,5%), artinya ada sekitar 22,4% yang masih belum terdeteksi. Ini bukan sekadar angka—setiap kasus yang tidak terdeteksi adalah potensi penularan baru, situasi ini akan menciptakan efek gunung es, dimana hanya sebagian kecil yang terlihat di permukaan, sementara di bawahnya terdapat jumlah kasus yang jauh lebih besar. Tanpa langkah tegas dan inovatif, penularan akan terus meluas, mengancam kesehatan jutaan orang di Indonesia.
Kabar baiknya adalah dunia TBC semakin bertumbuh untuk meluncurkan inovasi. Meskipun belum diresmikan di Indonesia namun terdapat beberapa terobosan yang sudah dikembangkan di teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi TBC dengan lebih cepat dan akurat serta pencegahan TBC yang lebih efektif.
Tes PCR untuk TBC
Saat ini tes TBC yang digunakan bermacam-macam, namun umumnya adalah penilaian dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) dan tes laboratorium BTA atau metode Ziehl Neelsen (ZN). Keduanya memiliki persamaan yaitu menggunakan sputum dahak untuk sampelnya, perbedaan spesifiknya adalah metode pemeriksaannya, yang mana TCM memasukkan dahak ke dalam catridge yang kemudian dideteksi menggunakan alat bernama GeneXpert, selama kurang lebih 2 jam hasilnya dapat keluar. Sementara metode Ziehl Neelsen atau kultur BTA adalah memberikan pewarnaan kepada dahak yang sudah dimasukkan ke dalam medium tertentu dan ditunggu hingga kurang lebih 7 hari untuk mendapatkan hasilnya.
Sejak 1990 telah dikembangkan Tes TBC bernama Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). PCR mulai dikenal sejak pandemi COVID-19, namun ternyata PCR juga dapat mendeteksi TBC dengan swab di tenggorokan bukan di hidung seperti COVID-19.
Penelitian yang dilakukan di Manado tentang perbandingan antara tes PCR dengan metode Ziehl Neelsen (ZN) menghasilkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pemeriksaan PCR dengan metode ZN. Pemeriksaan TBC dengan metode PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis (MTB), sehingga bakteri MTB dapat dideteksi lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan uji ZN (1).
Metode RT PCR ini menargetkan gen rpoB pada MTB, yang secara otomatis dapat mengolah sediaaan dengan ekstraksi Deoxyribonucleic Acid (DNA) dalam catridge. Waktu yang diperlukan dalam diagnosis ini kurang lebih sekitar dua jam sampai keluar hasil (2).
Bapak Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menjelaskan pada November 2024 lalu bahwa tes PCR ini sedang diuji coba di Jawa Barat untuk mengetahui keakuratan dalam mendeteksi TBC.
Skrining TBC dengan USG
Inovasi lainnya dalam deteksi TBC adalah penggunaan Ultrasonografi (USG) dalam skrining TBC. Ultrasound atau USG telah terbukti efektif dalam mendeteksi berbagai kondisi paru pada anak-anak, termasuk TBC dan komplikasinya. Dalam evaluasi TBC, USG memiliki sensitivitas yang sedikit lebih rendah dibandingkan CT scan, tetapi lebih akurat dibandingkan dengan rontgen dada (chest X-ray). Ketika USG dikombinasikan dengan X-ray, sensitivitasnya menjadi setara dengan CT scan dada (3).
Selain itu, USG memiliki manfaat tambahan untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan lokal, khususnya pada efusi pleura, yang merupakan komplikasi TBC. Hal ini menjadikan USG alat yang berguna dalam manajemen TBC, terutama ketika CT scan tidak tersedia.
Vaksin TBC
Pada dasarnya vaksin TBC yang dikenal saat ini adalah BCG. BCG sudah masuk dalam imunisasi dasar lengkap pada anak-anak, namun sayangnya efektivitas vaksin tersebut menurun seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, terobosan terbaru yang sedang dikembangkan adalah vaksin TBC untuk orang dewasa.
Vaksin ini sudah disuarakan sejak tahun lalu, hingga saat ini belum bisa digunakan karena masih dalam tahap pengujian. Namun, Bapak Menkes menargetkan bahwa di tahun 2028 atau 2029 akan didistribusikan di Indonesia.
Indonesia sendiri menjadi negara kandidat mengikuti uji coba pada 3 vaksin TBC, yaitu M72/AS01E dari Yayasan Bill & Melinda Gates dan GlaxoSmithKline; BNT164a1 dari BioNTech dan Biofarma; dan AdHu5Ag85A dari CanSinoBio dan Etana.
Harapannya Indonesia bisa terus berkembang dan menggunakan teknologi terbaru yang sudah dikembangkan serta mengintegrasikan pada program TBC nasional. Inovasi yang disebutkan bukan hanya sekadar terobosan baru, namun juga investasi di masa depan karena akan ada banyak nyawa yang terselamatkan dari endemis TBC ini.
Referensi:
EV Rambi, et al. 2022. Comparison Of The Examination Of Mycobacterium Tuberculosis (M.Tb) Using Polymerase Chain Reaction (PCR) And ZiehlNeelsen (ZN) On Tuberculosis (Tb) Patients Suspect In Public Health Facilities Of Manado. https://icomltp.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/icomlt/article/download/29/28/29
Krisdianilo, et al. 2023. Real time polymerase chain reaction assay (RT-PCR) sebagai tes cepat mycobacterium tuberculosis dari sampel dahak pasien tuberculosis. JOURNAL OF Medical Surgical Concerns, Volume 3, No.1, June 2023: 1-5
Salvatore Carnazzo, Carla Cerruto, Francesco F. Comisi, Ultrasound-guided management of tuberculosis-related pleural effusion in a pediatric patient: A case report and literature review, Radiology Case Reports, Volume 20, Issue 1, 2025, Pages 813-816, ISSN 1930-0433, https://doi.org/10.1016/j.radcr.2024.10.129.
Commenti