Hasil Pertemuan STP’s ke 38 di Abuja : 62 negara, termasuk Indonesia, membawa komitmen untuk memperkuat upaya eliminasi Tuberkulosis di Dunia
Abuja, Nigeria 17 Desember 2024, Indonesia turut berpartisipasi dalam kegiatan Stop TB Partnership 38th Board Meeting yang diselenggarakan di Abuja, Nigeria, pada 12-14 Desember 2024. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari 62 negara, termasuk Indonesia yang membawa komitmen untuk memperkuat upaya eliminasi Tuberkulosis (TBC) di tingkat global. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, didampingi tim dari Kementerian Kesehatan dan Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI). Kegiatan ini menjadi ajang penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dalam upaya percepatan eliminasi TBC, baik di tingkat nasional maupun global.
Dalam High-Level Event yang berlangsung di State House pada sesi pembukaan, H.E. Senator Oluremi Tinubu, First Lady Republik Nigeria, menyatakan pentingnya komitmen politik pemerintah sebagai salah satu faktor pendukung utama upaya eliminasi TBC, baik di Nigeria maupun di seluruh dunia. First Lady Nigeria juga turut berperan sebagai duta nasional dan global dari Stop TB Partnership.
Selama tiga hari pertemuan, berbagai isu strategis dibahas melalui sesi-sesi khusus, antara lain menghapus stigma pada TBC, peningkatan pembiayaan TBC, pengembangan vaksin TBC, dukungan nutrisi untuk pencegahan TBC, inovasi TBC di Afrika, laporan Direktur Eksekutif STP, serta pemilihan Chair Board baru, penentuan lokasi Board Meeting selanjutnya. Selain itu, beberapa dokumen penting juga diluncurkan sebagai langkah konkret dalam memajukan upaya eliminasi TBC.
Pada sesi khusus mengenai stigma TBC, Ani Herna Sari dari Yayasan Rekat Peduli memaparkan kondisi stigma TBC di Indonesia serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya. “Berdasarkan hasil TB Stigma Assessment, populasi kunci seperti penderita TBC yang tinggal di daerah pedesaan dan permukiman kumuh mengalami stigma dua kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum” tutur Ani. selain itu Ani Herna Sari juga menyoroti perihal stigma, dimana stigma paling banyak dirasakan pada tahap pengobatan TBC dan pengenalan gejala, serta bersumber dari lingkungan sekitar dan fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Dalam sesi pembiayaan TBC, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menegaskan bahwa Indonesia menargetkan skrining pada 10 juta populasi pada tahun 2025. Komitmen terhadap target tersebut bisa dilihat dari, pendanaan untuk TBC di Indonesia yang meningkat signifikan, hal ini dikarenakan kemampuan Indonesia dalam merangkai cerita nyata dan praktik lapangan yang meyakinkan pengambil kebijakan untuk berinvestasi dalam upaya eliminasi TBC.Menteri Kesehatan juga menyampaikan bahwa Indonesia aktif berpartisipasi dalam uji klinis dua kandidat vaksin TBC global, termasuk vaksin M72/AS01E yang dikembangkan oleh Gates Medical Research Institute dan GSK. Uji klinis fase 3 vaksin ini sedang berlangsung di tujuh negara, termasuk Indonesia dengan lima lokasi uji coba yang menargetkan 2.500 peserta. Hingga kini, 836 peserta telah terdaftar dan 312 di antaranya telah menerima vaksin, diharapkan vaksin sudah bisa selesai di tahun 2028, agar bisa diimplementasikan secara bertahap di tahun 2029.
Dalam sesi lain, nutrisi dipandang sebagai faktor komplementer yang penting untuk mencegah penularan TBC serta meningkatkan keberhasilan pengobatan. Pemenuhan gizi yang baik dinilai mampu mencegah individu yang berkontak dengan penderita TBC agar tidak terinfeksi.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, Challenge Facility for Civil Society (CFCS) ronde ke-13 juga diluncurkan pada perhelatan ini. Program hibah ini ditujukan untuk mendukung komunitas terdampak dan organisasi masyarakat sipil dalam memperkuat perannya dalam eliminasi TBC. Selain itu pada kesempatan ini, juga menyajikan agenda peluncuran Step Up for TB (SUFT) dimana ini inisiatif dari Stop TB Partnership yang bertujuan untuk menilai sejauh mana program TB nasional (NTP) di berbagai negara mengadopsi dan menerapkan pedoman TB global, melalui platfrom ini, kita bisa melihat analisis kebijakan untuk memahami apakah negara-negara sudah menyesuaikan kebijakan mereka dengan praktik terbaik global dalam diagnosis, pengobatan, pencegahan TBC, serta dukungan perawatan bagi pasien.
Direktur Eksekutif Stop TB Partnership, Lucica Ditiu, menyatakan bahwa kehadiran empat Menteri Kesehatan dari negara dengan beban TBC tinggi, yakni Indonesia, Filipina, Nigeria, dan Afrika Selatan, menunjukkan komitmen kuat dalam upaya global eliminasi TBC. Di tingkat Indonesia. Menanggapi hal tersebut,Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI), dr. Henry Diatmo, menegaskan bahwa STPI akan terus mendukung implementasi kesepakatan yang telah dibahas, baik terkait stigma, pembiayaan, maupun dukungan nutrisi, “hasil pertemuan akhir tahun ini, memberikan harapan baik dalam penanganan TBC di dunia, STPI akan terus berkomitmen dan mendukung dalam semua upaya penanggulangan TBC, apalagi Indonesia juga telah memasukan TBC kedalam isu prioritas, ini langkah yang baik untuk menjadi pemantik semangat kita di tahun depan” tutup Henry.
Comments