Hari Anak Nasional: Sudahkah Anak-anak Terlindungi dari TBC?
Selamat Hari Anak Nasional 2023 Sobat STPI! Hari anak tahun ini mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak-anak merupakan kelompok usia yang masih di bawah 18 tahun. Namun, masih banyak yang belum mengetahui bahwa anak-anak merupakan kelompok rentan yang bisa tertular berbagai penyakit termasuk Tuberkulosis (TBC) karena mereka belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Penyebab TBC pada Anak
Menurut Kementerian Kesehatan RI, semakin banyak kasus TBC anak yang terlaporkan dari tahun 2021a hanya 42.187 menjadi 110.881 anak di tahun 2022. Artinya, semakin banyak anak dengan gejala TBC yang mendapatkan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kasus TBC anak juga sempat menjadi sorotan karena anggapan anak-anak banyak yang tertular TBC akibat sering dicium dan digendong (baca berita disini). Berita tersebut cukup mengkhawatirkan banyak pihak terutama orang tua sebab mereka takut anaknya yang masih balita digendong dan dicium oleh orang dewasa yang mungkin saja positif TBC. Sebetulnya, bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebar lewat udara saat Orang dengan TBC batuk atau bersin, sehingga, bakteri dalam percikan dahak terhirup oleh anak-anak yang berada disekitarnya. TBC tidak dapat ditularkan dari air liur, benda mati atau alat makan. Oleh sebab itu, TBC tidak menular lewat ciuman jika orang dengan TBC tersebut menggunakan masker, sudah memulai pengobatan, dan sudah sembuh.
Gejala TBC pada Anak
Anak-anak hanya bisa tertular TBC dari orang dewasa, bukan dari kelompok usianya sendiri, dan anak dapat mengalami beberapa gejala TBC diantaranya:
Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan terakhir
Demam lebih dari 2 minggu atau demam yang hilang timbul tanpa sebab yang jelas
Batuk yang lama lebih dari 2 minggu tanpa ada perbaikan meski diberi obat
Tidak aktif bermain karena badan yang lesu dan lemas
Mengalami Gerakan Tutup Mulut (GTM) karena nafsu makan menurun
Tuberkulosis dapat menyerang organ paru dan organ lainnya kecuali kuku dan rambut. Oleh sebab itu, anak-anak dapat mengalami gejala lain yang tidak disebutkan di atas, sehingga, sangat penting bagi orang tua memantau kondisi kesehatan anak-anak.
Pemeriksaan TBC pada Anak
Pemeriksaan TBC pada anak berbeda dengan orang dewasa karena anak-anak kesulitan mengeluarkan dahak secara sengaja terutama jika masih berusia di bawah 1 tahun. Oleh karena itu, pemeriksaan diagnosis TBC pada anak dilakukan dengan beberapa cara: test mantoux atau tes tuberkulin, tes skoring TBC atau rontgen dada. Namun, dokter akan mengidentifikasi terlebih dahulu potensi pemeriksaan yang pas untuk anak tersebut akan seperti apa karena biasanya akan disesuaikan dengan kondisi anak serta fasilitas yang ada.
Tes mantoux atau tuberkulin adalah cara pemeriksaan TBC dengan menyuntikan reagen ke bawah kulit yang pada awal penyuntikan akan timbul benjolan. Namun, jangan khawatir akan benjolan tersebut karena akan mengempis sendirinya setelah beberapa hari. Suntikan tersebut akan ditandai dokter menggunakan pulpen untuk memantau perubahan yang terjadi selama 2x24 jam. Apabila timbul merah dan semakin melebar (lebih dari 10mm) biasanya akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan rontgen dada untuk memastikan adanya infeksi TBC atau tidak.
Tes skoring TBC adalah metode yang digunakan dokter bagi anak-anak yang sulit mengeluarkan dahak dan serta belum ada alat tes mantoux di fasilitas kesehatan setempat. Untuk informasi selengkapnya terkait skoring TBC pada anak dapat kunjungi informasi di sini. Berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan, skoring TBC pada anak dapat menilai beberapa parameter, seperti adanya kontak erat dengan pasien TBC, berat badan yang tidak kunjung naik/menurun, demam yang tidak diketahui penyebabnya dengan masa lebih dari sama dengan 2 minggu, batuk kronik lebih dari sama dengan 3 minggu, pembesaran kelenjar limfe lebih dari sama dengan 1cm dan adanya pembengkakan pada persendian. Tentunya akan ada prosedur tersendiri dari dokter yang menskoring untuk menetapkan diagnosis yang tepat.
Pengobatan TBC pada Anak
Sama seperti orang dewasa bahwa anak-anak juga perlu menjalani pengobatan TBC selama minimal 6 bulan. Jenis dan dosis yang akan diberikan nantinya disesuaikan dengan saran dari dokter yang memeriksa. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat dan diberikan setiap hari baik pada tahap intensif maupun lanjutan. Obat dalam bentuk KDT (Kombinasi Dosis Tetap) harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah atau digerus. Obat dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau dilarutkan dengan air sesaat sebelum diminum. Apabila obat diberikan dalam bentuk puyer, harus dibuat terpisah untuk masing-masing obat. Tidak diperbolehkan mencampur beberapa macam obat dalam satu puyer. OAT kategori Anak dalam bentuk KDT terdiri dari kombinasi INH, Rifampisin dan Pirazinamid masing-masing 50mg, 75mg dan 150mg untuk fase intensif dan kombinasi INH dan Rifampisin masing-masing 50mg dan 75mg untuk fase lanjutan yang diberikan kepada anak sesuai dengan berat badan anak tersebut. Pengobatan TBC pada anak sudah menjadi program pemerintah sehingga obat-obatan akan disediakan gratis di Puskesmas. Orang tua perlu memantau pengobatan yang dijalani pada anak agar tetap rutin minum obat setiap hari hingga tuntas untuk mencegah terjadinya resistensi atau kekambuhan di masa yang akan datang.
Comments