top of page
Single Post: Blog_Single_Post_Widget

Cerpen kisah Farid :“Perwira kapal yang dipecat, diceraikan, diusir dari keluarga dan dijauhkan dari putri tercinta”

Stop TB Partnership ID


"Laut Menutup Pintu, Rumah Tak Lagi Menyapa"


Dulu, Farid adalah perwira laut yang selalu pulang membawa asin ombak di balik senyumnya. Lautan baginya rumah kedua, tempat ia bercengkrama dengan badai dan langit tanpa batas. Namun, Ramadhan beberapa tahun lalu, semua berubah.


Perlahan-lahan tubuh kekar itu meringkih. Batuk tak henti, malam-malam demam menggigil. Hingga vonis itu datang seperti badai laut yang bernama TBC.


Domino hidup Farid mulai berjatuhan. Kapal tempatnya menggantungkan hidup tak lagi memberi ruang.


"Maaf, Farid. Kau harus turun. Resiko terlalu besar," kata kapten dengan tatapan iba yang tak mampu menolong.


Dalam sekali pelayaran, Farid kehilangan seragam, pangkat, dan laut yang ia cintai.


Ternyata kehilangan itu tak berhenti di dermaga. Istrinya, Rina, menggugat cerai, membawa serta hak asuh anak semata wayang mereka. Anaknya, yang dulu setiap malam meminta dongeng tentang ombak, kini hanya bisa ia pandangi lewat foto usang di ponsel retak. Keluarga menjauh, tetangga membisu, seolah batuk Farid bisa menular lewat tatapan.


Ramadhan itu jadi Ramadhan paling sunyi. Tak ada sahur bersama, tak ada suara kecil yang membangunkan untuk tarawih. Hanya suara detak jam dan batuk yang menggema di kamar sempit kontrakan, jadi teman berbuka. Hanya dinding dingin yang menemani, hanya sunyi yang menjawab setiap doanya.


Di tengah kehancuran itu, hanya ibunya yang tetap bertahan. Wanita yang mengusap kepalanya seperti saat ia masih kecil, berbisik dengan lembut, "Mau separah apa pun penyakitmu, kamu tetap anakku."


Dalam pelukan ibunya, Farid menemukan kekuatan yang hampir ia lupakan. Ia berjuang melalui pengobatan, menjalani terapi, menelan obat setiap hari dengan disiplin meskipun tubuhnya terasa lemah. Setiap sendok obat adalah harapan, setiap tarikan napas adalah perlawanan. Ia menatap bayangannya di cermin—wajahnya kuyu, matanya cekung, tapi di sana masih ada seorang pelaut yang enggan tenggelam.


Hari demi hari berlalu, dan perlahan, kesehatannya membaik. Enam bulan penuh perjuangan, dan akhirnya dokter menyatakan dirinya sembuh. Namun, luka di hatinya belum sepenuhnya pulih.


Dengan semangat baru, Farid mulai membangun kembali hidupnya. Ia tak lagi melaut, tetapi memilih menjalankan bisnis jual beli mobil bekas. Dari seorang perwira laut, ia berubah menjadi seorang pengusaha. Satu per satu roda kehidupannya kembali bergerak, namun ada satu hal yang masih tertinggal di dermaga kenangan: Aisyah.


Setiap malam, ia menatap foto kecil putrinya yang tersimpan di dompetnya. Jemarinya menelusuri wajah mungil itu, seperti ingin merasakan kehangatan yang lama hilang.


"Ayah sudah sembuh, Nak," bisiknya penuh harap. "Ayah menunggumu."


Seperti laut yang selalu menunggu pagi setelah badai, Farid percaya, mungkin nanti... ada waktu ia bisa kembali lagi. Entah ke laut, entah ke pelukan anaknya, entah sekadar pada dirinya sendiri.


*penayangan cerita ini sudah mendapat persetujuan dari Farid


Comments


Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

HUBUNGI KAMI

Gedung Medco 1, Lt. 2
Jl. Ampera Raya 18-20, Cilandak Timur, Pasar Minggu, 
Jakarta Selatan, 12560

Telp: (021) 782 1932

  • Instagram
  • twitter
  • facebook
  • Youtube
bottom of page