Aldila Jelita Ungkap Pentingnya Peran Indra Bekti dan Keluarga dalam Kesembuhannya dari TBC ke STPI
Saksikan siaran langsungnya disini
JAKARTA – Setiap tanggal 14 Februari, dunia termasuk Indonesia memperingati Hari Kasih Sayang atau biasa kita kenal dengan sebutan Hari Valentine. Pada Hari Kasih Sayang ini, sejumlah orang mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada seseorang dengan memberikan bunga atau cokelat dan menyampaikan surat cinta. Dalam menyambut Hari Kasih Sayang, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) juga ingin menyampaikan rasa sayang dan terima kasih kepada seluruh pejuang tuberkulosis (TBC) baik orang dengan TBC yang telah berjuang untuk mencapai kesembuhan, tenaga kesehatan, kader dan pendamping pasien, juga kita semua yang hingga saat ini mendukung eliminasi TBC di Indonesia tahun 2030. STPI dan Stop TB Partnership (Global) juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama menyampaikan rasa terima kasihnya melalui tagar #LoveVirtually.
Selain kampanye dengan tagar #LoveVirtually, STPI juga berbincang secara daring bersama dengan penyintas TBC yang sudah jatuh bangun berjuang demi mencapai kesembuhan dalam program To be Connected – Live Instagram Show. Pada Sabtu (13/2), STPI berbincang bersama dengan Aldila Jelita Bekti dengan dipandu oleh Ibu Yenny Yoris, Manajer Administrasi dan Keuangan STPI. Aldila Jelita yang biasa dipanggil dengan Dhila, istri dari pembawa acara kondang Indra Bekti ini ternyata sudah empat kali berjuang untuk sembuh dalam melawan TBC yang ia alami sejak Sekolah Menengah Atas dan dikabarkan bahwa sempat kambuh lagi pada Agustus 2020. Dalam perbincangan ini, Dhila mengatakan bahwa dukungan keluarga dan pasangan sangat penting untuknya mencapai kesembuhan, khususnya pada masa pandemi ini. Ia selalu ditemani oleh keluarga saat berobat juga sebaliknya keluarga juga mendukung untuk sembuh dari TBC.
“Pandemi COVID-19 ini menjadikan pentingnya peran pendamping untuk berobat TBC karena tidak semua bisa menemani sehingga harus bergantian, selain itu juga proses pemeriksaan yang lebih panjang dari biasanya. Disaat itu saya merasa dukungan dari keluarga sangat berarti dan membuat saya tidak terpuruk karena tidak harus melakukan semuanya sendiri.” ungkap Dhila tentang pengalaman berobat di masa pandemi.
Jatuh Bangun Demi Sembuh dari TBC
Saat tinggal di Malaysia, Dhila mengatakan bahwa TBC yang ia alami kambuh karena sering terpapar di ruangan penuh asap rokok di tempat kerja dan mengakibatkan kondisi paru-parunya lemah kembali. Dirinya sangat sulit bernapas dan sempat koma selama tiga hari dengan kondisi paru-parunya yang sudah menghitam dan mengalami penciutan. Dokter mengatakan bahwa TBC yang ia alami sudah dalam kondisi sangat parah sehingga perlu Dhilakukan endoskopi. Keluarga juga mengkhawatirkan Dhila lupa ingatan akibat dari efek samping obat yang ia konsumsi. Pada saat hamil anak kedua, ia juga mendapatkan tantangan lagi dengan kambuhnya TBC. Namun ia tetap memperjuangkan kesehatan anaknya dengan memilih untuk tidak meminum obat selama hamil dan memilih mempertahankan imunitasnya dengan obat herbal sehingga ia lupa dengan keadaan paru-parunya.
Saat hamil anak ketiga, Dhila mendapat tantangan lagi dengan mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan kekambuhan TBC parunya pada tahun 2017 sehingga menyebabkan ia harus kehilangan buah hatinya. TBC yang kambuh ini merupakan TBC baru yang membuat paru-parunya terisi cairan, yang disebut dengan efusi pleura tuberkulosis. Efusi pleura tuberkulosis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh infeksi bakteri TBC. Dhila juga mengingatkan pentingnya pemeriksaan kesehatan sejak dini dan pemeriksaan status TBC sebelum terjadinya keparahan.
“Saya sempat lupa memeriksakan kondisi paru-paru sampai saat saya ternyata mengalami ISK. Hal ini membuat saya sangat lemah sehingga berdampak pada kekambuhan TBC. Ini karena saya kurang memperhatikan kesehatan saya hingga lupa medical check-up. Jadi ini adalah bakteri yang masih ada di paru-paru saya namun karena kondisi saya drop, ia bangkit lagi dan kambuh.” ucap Dhila.
Dukungan Pasangan dan Keluarga untuk Berobat sampai Sembuh
“Indra Bekti, pasangan saya menerima tidak mempermasalahkan kondisi saya yang memiliki riwayat TBC. Saya mengatakan seluruh kekurangan saya dan apa yang saya'miliki apa adanya. Saya tidak pernah menjadikan penyakit TBC ini hal yang memalukan dan menjadi penderitaan. Saya bersyukur sampai detik ini memiliki pasangan yang sangat menjaga dan mendukung saya menjalani pengobatan. Dia bilang, apapun risiko yang kamu alami selama menghadapi penyakit kamu, saya akan ada di samping kamu,” ungkap Dhila.
Saat ini obat TBC sudah ringkas tidak seperti saat dulu Dhila sempat harus mengkonsumsi 6-8 butir obat setiap harinya dan kini hanya 4-6 butir saja saat tahap pengobatan intensif. Upaya dari Pemerintah ini menurutnya bagus sekali untuk membuat orang dengan TBC tidak diberatkan dalam menjalani pengobatan, terus berobat dan tidak sampai putus pengobatan. TBC dapat diobati dengan konsumsi paduan obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi tetap (fixed-dose combination) dari beberapa jenis obat dalam jumlah cukup yang biasa disebut dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Paduan OAT harus dikonsumsi selama minimum 6 bulan atau lebih. Apabila paduan obat yang dikonsumsi tidak tepat dan adekuat, akan menyebabkan bakteri TBC berkembang menjadi kebal obat (Depkes RI, 2008).
Maka dari itu, kepatuhan minum obat menjadi kunci keberhasilan pengobatan orang dengan TBC sehingga penting adanya peran orang terdekat yang mendampingi, memberikan motivasi dan dorongan untuk memastikan orang dengan TBC menelan obat secara teratur sampai selesai. Sebab, dengan adanya dukungan sosial yang didapat dari pasangan hidup dalam keluarga atau seseorang yang signifikan dapat membantu orang dengan TBC tetap menjalani proses pengobatan sampai selesai. Begitupun Dhila mengatakan bahwa dukungan keluarga, pasangan dan anak menjadi sangat berarti baginya karena keluarga terutama anak menjadi semangat baginya untuk tetap hidup. Peran orang sekitar yang sangat perhatian terhadap kondisinya juga membuatnya semangat dan tidak berputus asa untuk sembuh dari TBC.
Sebaliknya, Dhila selalu memperhatikan asupan vitamin dan makanan yang sehat dan bergizi, melakukan pemeriksaan berkala terhadap status TBC buah hatinya untuk mencegah keluarga terutama anaknya agar tidak tertular TBC. Ia juga berkonsultasi dengan dokter tentang cara melindungi anaknya dari penularan TBC dan mempelajari penyakit TBC. Ia berpesan kepada orang-orang yang sedang berjuang dengan TBC untuk tetap semangat dan saling menyemangati, temukan motivasi diri untuk sembuh, tetap bahagia dan yang terpenting tidak putus obat karena obat TBC harus dikonsumsi sampai selesai. Sebab kalau sampai putus obat akan mengakibatkan kondisi paru-paru memburuk dan mengulang pengobatan dari awal.
Menghadapi Stigma dan Diskriminasi Tuberkulosis
Percaya atau tidak, Dhila sempat dikatakan memiliki kebiasaan yang jorok dan dikatakan orang miskin karena terkena TBC karena stigma TBC yang dianggap penyakit orang miskin dan jorok. Ia juga sempat bertemu dengan orang-orang yang takut berinteraksi dengannya karena takut tertular. Namun teman-teman terdekatnya masih perhatian dengannya dan tidak mempermasalahkan penyakit TBC yang ia alami.
“Harapan saya untuk pasangan yang salah satunya mengalami sakit tertentu untuk tidak mendiskriminasi dan dapat menerima apapun kondisi dari pasangan hidup yang ia pilih untuk hidup bersama. Tetap dukung untuk mereka sembuh, saling membantu, saling melengkapi, saling merasakan, merangkul, selalu ada untuk mendukungnya. Jangan sedih karena kalian tidak sendiri,” pungkasnya.
Sebelum menutup sesi siaran langsung, Dhila berpesan untuk tetap berobat jangan sampai putus seraya menjaga kesehatan di masa pandemi ini, tetap mematuhi protokol kesehatan, pakai masker dan tingkatkan imunitas karena kondisi orang dengan TBC sangat rentan untuk tertular COVID-19.
Screenshot LIVE IG To Be Connected, 13 Februari 2021
***
Berikut tiga penanya terbaik IG LIVE #ToBeConnected. Mohon hubungi DM Instagram @stoptbindonesia dan kirimkan data diri Anda sampai 20 Februari 2021. Pastikan teman-teman sudah follow sosial media @stoptbindonesia yaa.
1. Marwah be
2. Fauzinral
3. Jurnal.run
Comments