Tangani TB, LSM perlu bermitra
Melihat besarnya beban Indonesia dalam menanggulangi tuberkulosis (TB), terutama masih tingginya angka kematian dan temuan kasus baru per tahun, peran semua pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau organisasi kemasyarakatan (civil society organization/CSO), sangat diperlukan. Peran LSM, bekerja sama dengan pemerintah dan swasta, diperlukan terutama dalam menemukan kasus, mendiagnosis, dan mendukung kepatuhan pasien untuk berobat TB hingga pasien sembuh.
Sejauh ini, LSM yang berupa organisasi profesi, keagamaan, kelompok pasien, baik lokal, nasional, maupun internasional dengan jejaringnya, telah memberikan kontribusi besar dalam pemutusan mata rantai penyebaran TB di Indonesia dan dunia.
Sekadar contoh, Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Aisyiyah (Muhammadiyah), dan Persatuan Karya Dhama Kesehatan Indonesia (Perdhaki) adalah contoh organisasi berbasis keagamaan yang melakukan kegiatan secara aktif memberantas TB di beberapa provinsi di Indonesia.
Jalur keagamaan dijadikan basis dalam melaksanakan misi mengendalikan TB. Selain itu ada juga LSM non-keagamaan, seperti Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Perkumpulan Pasien dan Masyarakat Peduli TB (Pamali), Jaringan Peduli Tuberkulosis Indonesia (Japeti), Pejuang Tangguh (Peta), dan banyak lagi yang lain, yang terus berkiprah dalam gerakan stop TB. LSM ini telah memberi sumbangan berharga, dengan kapasitas masing-masing, dalam upaya pengendalian TB di Indonesia. LKNU, misalnya, lewat program CEPAT-LKNU, telah terlibat dalam upaya pengendalian TB di 3 provinsi dengan dukungan pendanaan dari USAID. Demikian juga Aisyiyah yang berperan aktif dalam Program Penanggulangan TB berbasis masyarakat dengan dukungan dana dari Global Fund.
Kepedulian LSM terhadap TB bukan tanpa hambatan. Selain dari sisi jumlah dan kapasitas yang tidak merata di setiap wilayah, juga hambatan berupa kekurangan dana. Sejauh ini, gerakan anti TB oleh LSM masih mengharapkan bantuan donor. Adapun yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah belum maksimalnya mekanisme pencatatan kontribusi kelompok masyarakat dalam Sistem Informasi TB Terpadu (SITT).
Ke depan diharapkan, situs web www.sittindonesia.org terus dikembangkan sehingga bisa menghimpun semua laporan terkait kasus TB di seluruh Nusantara secara valid dan maksimal. (*)
Sumber dari : Newsletter kemitraan TB edisi 2