13 Jurnalis Raih Fellowship “Tuberkulosis di Tengah Pemberitaan COVID-19”
AJI Jakarta – Di tengah maraknya pemberitaan COVID-19, tiga belas Jurnalis dari pelbagai media mendapatkan dana beasiswa untuk peliputan isu Tuberkulosis (TBC). Peliputan ini bertujuan untuk eningkatkan pemberitaan yang mendalam dan berkualitas tentang kondisi TBC terkini dan menekan pemerintah Indonesia agar lebih progresif lagi dalam menangani soal TBC di Indonesia, sebagaimana halnya keseriusan mereka dalam menangani pandemi Covid-19. Indonesia adalah negara dengan beban TBC tertinggi ketiga di dunia (Global TB Report WHO, 2020).
Pengumuman ini merupakan kelanjutan dari pertemuan editor dan diskusi publik AJI Jakarta bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bersama jurnalis dan editor dengan topik “Tak Kalah Bahaya dengan Covid-19, Peliputan TBC Masih Terpinggirkan dan Perlu Penanganan Serius di Tengah Pandemi”, yang berlangsung secara daring pada Oktober lalu.
“Dengan masifnya pemberitaan kawan-kawan jurnalis yang meliput isu TBC ini diharapkan pemerintah dan masyarakat semakin sadar akan pentingnya pelayanan kesehatan pada pasien TBC.” kata pengurus AJI Jakarta, Afwan Purwanto. Lebih lanjut Afwan mengatakan bahwa peran aktif organisasi masyarakat TBC dan pendamping pasien juga tak kalah pentingnya. Mereka juga diharapkan dapat memberikan bantuan perlindungan terutama pada pasien yang terdampak stigma dan diskriminasi. Para pemangku kebijakan juga perlu menggandeng berbagai pihak untuk turut menyosialisasikan kesadaran atas TBC.
Adapun jurnalis yang mendapatkan dana beasiswa antara lain Mariyana Ricky (Solopos.com), Arifin Al Alamudi (IDN Times Sumut), Roshma Widiyani (Detik.com), Bram Setiawan (Tempo.co), Fitria Nailal Azmi (iNews TV), Irawan Sapto Adhi (Kompas.com), Aditya Widya Putri (Tirto.id), Kismi Dwi Astuti (Pikiran Rakyat), Erick Tanjung (suara.com), Andrew William Pakpahan (DAAI TV), Khalida Meyliza (Kompas TV), Apriliyanti Sirait (CNN Indonesia TV), dan Eko Susanto (iRadio FM).
Sementara itu, Direktur Eksekutif STPI, Heny Akhmad mengatakan tema yang diajukan kepada panitia sangat beragam. Liputan-liputan yang direncanakan mulai dari kisah pasien TBC yang juga pasien COVID-19 dalam menjalani pengobatan, persoalan dampak ekonomi dari TBC, nasib orang dengan TBC yang putus kerja, kesulitan akses pengobatan ke fasilitas kesehatan, label negatif orang dengan TBC hingga penanggulangan TBC di komunitas.
“Dengan keragaman tema yang akan diliput meskipun di masa pandemi, kami berharap dapat meningkatkan perhatian tentang TBC dan mendorong pentingnya penanggulangan TBC meskipun di sedang fokus pada COVID-19,” kata Heny.
Stop TB Partnership juga berharap nantinya peserta dapat terus berkontribusi dalam pemberitaan TBC di Indonesia. Sebab, kata Heny, isu TBC selama ini kurang menjadi perhatian media. Padahal dampak kerugian ekonomi dan wabahnya membunuh secara diam-diam. “Melalui fellowship ini, kami harap teman-teman yang lolos dapat menghasilkan karya jurnalistik terus menerus terkait TBC,” katanya
Comments